Kyai ku Pejuang

Kyaiku pejuang "Sudah 72 tahun Indonesia merdeka. Banyak sekali kita dengarkan cerita cerita para pejuang, yang rela jiwa raganya di pertaruhkan demi agama, bangsa dan negara." Celoteh seorang kakek kepada cucunya. "Kek, tadi ibu guru menerangkan tentang para pejuang Indonesia. Kata Bu guru, dulu para pahlawan Indonesia angkat senjata, sehingga penuh dengan lautan darah kek." jawab seorang cucu sebut saja namanya Paimin. "Para guru sekarang minim akan pengetahuan para pahlawan Nasional Republik Indonesia." Kata kakek dengan muka sedih sambil beranjakan minum kopi yang dibuatkan oleh Paimin. "Loh masa kek?" Tanya Paimin dengan penasaran. "Dulu pada paro abad ke 19, ada seorang kyai yang berjuang melawan Belanda. Pada tahun 2014 dianugerahi gelar sebagai pahlawan Nasional. Beliau merupakan sosok waliyullah,guru,pejuang, sastrawan, ulama' yang sangat membenci cara Belanda menjajah Indonesia." Jawab kakek sambil menyalakan rokok di Sam Soe nya. "Siapa beliau itu kek?" Tanya Paimin dengan muka yang penuh penasaran. "Beliau adalah Hadratussyaikh Ahmad Rifa'i bin Muhammad bin Abi Sujak. Lahir di tempuran Kendal (Selatan masjid agung Kendal) wafat di Maqom Pahlawan Nasional Manado Sulawesi Utara (bersama pangeran Diponegoro, imam Bonjol dkk)." "Perjuangan Beliau gimana itu kek?" " Perlawanan beliau terhadap Belanda bukan menggunakan fisik seperti hal nya pejuang pejuang yang lain, akan tetapi beliau adalah tokoh pahlawan Nasional yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentunya berperang menggunakan keilmuan nya." "Mencerdaskan kehidupan bangsa??? Contohnya kek?" " Loh.. Beliau disamping melawan Penjajah dengan penuh tekanan, beliau menulis hingga mencapai 63an kitab dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun. Akan tetapi Indonesia hari ini belum menghargai jasa-jasa beliau." Jawab kakek dengan nada sedih. "Kok bisa gitu kek?" Sang cucu pun makin penasaran (kepo tingkat dewa istilah jaman sekarang) " Beliau menulis kitab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, akan tetapi kitab beliau yang asli masih disita oleh di negeri kincir angin Belanda hingga sekarang, Pemerintah Indonesia sejak merdeka sampai sekarang belum ada yang bernegosiasi untuk mengambil karya beliau. Belum lagi pemuda sekarang yang lebih suka membaca buku-buku karya luar negeri dari pada membaca produk dalam negeri seperti kitab beliau. Padahal beliau menuliskan konsep pendidikan, bisnis, kepemimpinan,muamalah,nikah, teolog, syari'at, thoriqoh, haqiqat, tajwid, dan masih banyak lagi. Paimin cucu ku, sejarah mengatakan bahwa kyai ku adalah pejuang." Hadratussyaikh Ahmad Rifa'i bin Muhammad bin Abi Sujak Al Fatihah.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal BARANUSA

Murid-murid KH Ahmad Rifa'i Generasi Pertama.

Nasab dan keturunan syekh Hasan Busyro