REFLEKSI HARLAH AMRI KE 16

REFLEKSI HARLAH AMRI KE 16 TAHUN Oleh : Rekan Abdul Qoyum S.Pd.I (ketua umum pimpinan pusat AMRI) Tema: Tema Harlah: "Karya Kreatif Untuk Negeri" Keberadaan Angkatan Muda Rifa'iyah (AMRI) tidak dapat terlepas dari sosok Pahlawan Nasional, Syaikh Ahmad Rifa'i. Ulama kelahiran Kendal Jawa Tengah ini merupakan salah satu ulama kharismatik yang hingga sekarang konsep pemikirannya masih banyak dianut masyarakat. Syaikh Ahmad Rifa'i hidup di masa penjajahan kolonial belanda. Masa yang penuh tekanan dan intimidasi dari penguasa saat itu. Namun kondisi tersebut tak menyurutkan semangat dakwahnya. Di saat para pejuang lainnya banyak menggunakan metode perlawanan terhadap penjajah dengan perlawanan fisik. Syaikh Ahmad Rifa'i justru banyak melakukan perlawanan terhadap kedholiman penjajah dengan menanamkam nilai-nilai agama dan cinta tanah air melalui dakwah di masyarakat. Syaikh Ahmad Rifa'i sempat mendirikan Pondok Pesantren di Kalisalak Batang Jawa Tengah untuk mendidik murid-muridnya, selain juga rajin berdakwah ke pelosok-pelosok desa. Dalam gerakan dakwahnya, putra dari Muhammad bin Suja’ alias Sucawijaya ini mampu menghasilkan karya lebih dari 63 judul kitab semasa hidupnya. Sebagian karyanya yang lain hingga sekarang belum diketahui dan masih berada dalam museum di Belanda. Karya-karya Syaikh Ahmad Rifa'i terbilang cukup lengkap menerangkan berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang agama. Sebagian besar karyanya memiliki muatan keilmuan Ushul, Fiqih dan Tasawuf. Beberapa kitabnya juga terbilang kritis terhadap pemerintahan penjajah pada masa itu. Bahkan dakwahnya di masyarakat juga terbilang berani, sehingga tidak sedikit yang menjuluki sebagai singa podium. Akibat kekritisannya Syaikh Ahmad Rifa'i sering mendapat ancaman bahkan pernah beberapa kali diasingkan oleh Belanda. Namun dalam pengasingannya tak membuat semangatnya surut dalam berdakwah. Meskipun berada di tempat pengasingan, Syaikh Ahmad Rifa'i tidak kehilangan kreatifitasnya. Beberapa judul kitab mampu ditulis dalam masa pengasingan. Kitab hasil karyanya dan metode dakwah yang ditempuh pada masa itu, menunjukan kreatifitas pemikiran Syaikh Ahmad Rifa'i. Yang banyak melakukan cara dan pemikiran yang kala itu masih jarang dilakukan ulama lainnya. Sehingga dari kreatifitasnya, sampai hari ini karya-karya Syaikh Ahmad Rifa'i masih banyak dikaji dan diamalkan oleh masyarakat. Kreatifitas pemikiran Syaikh Ahmad Rifa'i selain dapat dilihat dari karya-karyanya, juga dapat dilihat dari pola pemikiran dan dakwahnya. Banyak melakukan terobosan-terobosan pemikiran sehingga menghasilkan gerakan-gerakan dengan metode yang cukup kreatif pada masa itu. Setelah Syaikh Ahmad Rifa'i wafat, beberapa kitabnya tersebut sempat dilarang untuk diajarkan. Namun demikian, murid-muridnya tetap bersemangat mengajarkan Islam dengan kitab-kitab Syaikh Ahmad Rifa'i yang ditulis dengan aksara arab pegon tersebut. Hingga sekarang terbentuklah basis masyarakat yang membentuk Jam'iyah Rifa'iyah. Setelah melalui dinamika yang komplek, pada tahun 1991 Jam'iyah Rifa'iyah mendeklarasikan diri sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas). Sebelumnya sempat berdiri sebagai yayasan pendidikan Rifa'iyah Tarajumah. Kemudian pada tahun 1998, saat Rifa'iyah melangsungkan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Pekalongan merekomendasikan berdirinya organisasi yang mengakomodasi gagasan-gagasan pemuda. Hingga berdirilah Angkatan Muda Rifa'iyah (AMRI) dan melangsungkan Kongres pertamanya pada tanggal 28 Oktober 2001 di Cirebon, Jawa Barat. Yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Lahirnya AMRI, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Berdirinya AMRI memiliki tujuan yang sangat jelas, salah satunya untuk meneruskan semangat dakwah dan perjuangan Syaikh Ahmad Rifa'i yang tentunya bereferensi pada manhaj Syaikh Ahmad Rifa'i yang banyak tertuang dalam kitab-kitabnya, yakni mengajarkan Islam dengan toriqoh Ahlussunnah wal Jama'ah. Ini yang semestinya menjadi ruh gerakan AMRI. Dalam perkembangannya, AMRI juga memiliki tujuan yang selaras dengan itu, yakni meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara. Sejak berdirinya, AMRI telah melalui tiga periode kepemimpinan. Pada masa periode pertama sejak tahun 2001, AMRI di bawah kepemimpinan Nurman Supratna yang berasal dari Cirebon hingga tahun 2006 dan melangsungkan Kongres kedua di Batang Jawa Tengah. Pada Kongres kedua tersebut terpilih Nur Faizin, sebagai Ketua Umum menggantikan Nurman hingga 2011. Setelah sempat vakum beberapa tahun hingga 2013, akhirnya pada Desember 2013, melalui Kongres Luar Biasa di Temanggung Jawa Tengah terpilih Abdul Qayum sebagai Ketua Umum hingga sekarang. Sudah 16 tahun AMRI berdiri, namun dalam perjalanannya masih banyak yang harus dibenahi, terutama dalam metodologi gerakan dan dalam menjadikan manhaj Syaikh Ahmad Rifa'i, yakni ajaran Islam Ahlussunnah wal jama'ah sebagai ruh gerakan. Tentunya hal ini bukan perkara yang mudah untuk mempertahankannya di tengah perkembangan zaman saat ini. Namun demikian AMRI harus mampu menciptakan formulasi yang tepat untuk sebuah strategi gerakan yang relevan dengan perkembangan sekarang dengan tetap mempertahankan ruh gerakan Syaikh Ahmad Rifa'i. Terlebih dalam perkembangan bangsa akhir-akhir ini, masyarakat banyak dihadapkan dengan arus informasi yang sangat deras. Akibat dari perkembangan teknologi sekarang. Sekecil informasi apapun, saat ini sangat mudah untuk diangkat ke permukaan. Namun perkembangan ini juga beriringan dengan munculnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan menggiring nilai-nilai ke masyarakat ke arah yang dianggap menyesatkan. Perkembangan ini semestinya mampu disikapi dengan bijak sehingga dapat memiliki dampak positif di masyarakat. Karena dengan kemudahan-kemudahan yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi saat ini semestinya juga memudahkan pula bagi masyarakat, khususnya pemuda untuk mengakses referensi dan jaringan-jaringan yang dapat meningkatkan produktifitasnya dalam berkarya. Tentunya untuk menggerakkan semangat ini perlu adanya peran serta semua komponen masyarakat. Karena dengan kemudahan akses terhadap kebutuhan produktifitas pemuda, maka akan lebih mudah untuk menggali potensi yang dimiliki untuk dikembangkan. Dan potensinya akan menghasilkan sebuah kreatifitas. Hasil kreatifitas inilah yang akan memantik kreatifitas lainnya dan terus menerus bak efek domino, yang akan terus menjadi gerakan masif di masyarakat. Sehingga akan menimbulkan kemandirian dan power gerakan bagi masyarakat. Melalui momentum Hari lahir AMRI ke enambelas tahun ini, kita jadikan sebagai poros gerakan kreatifitas pemuda dalam membangun kemandirian gerakan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. #harlahAMRI16 #ngabdiingAMRI #pejuangAMRI

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal BARANUSA

Murid-murid KH Ahmad Rifa'i Generasi Pertama.

Nasab dan keturunan syekh Hasan Busyro